Drs. H. Makmur, M.Ag Kepala Kankemenag Bandarlampung dan Dewan Pengawas BAZNAS Kota Bandar Lampung
SEDEKAH MENGHADIRKAN SEJUTA BERKAH
26/09/2025 | Drs. H. Makmur, M.Ag Kepala Kankemenag Bandarlampung dan Dewan Pengawas BAZNAS Kota Bandar LampungSuatu hari Rasulullah saw menerima hadiah berupa sebuah jubah yang indah. Kainnya lembut, warnanya menawan, dan tampak begitu berharga. Dengan penuh syukur beliau menerimanya lalu berkata kepada istrinya yang tercinta, Aisyah ra, “Wahai Aisyah, simpanlah jubah ini.”
Tidak lama kemudian, seorang pengemis tua datang mengetuk pintu rumah beliau. Dengan wajah penuh harap, ia memohon, “Wahai Rasulullah, berilah aku sesuatu untuk kebutuhan hidupku.” Rasulullah pun menoleh kepada Aisyah ra, “Lihatlah, adakah sesuatu di rumah ini, makanan, gandum, atau roti yang bisa kita berikan kepadanya?” Aisyah ra mencari, lalu menjawab dengan jujur, “Demi Allah, wahai Rasulullah, tidak ada apa-apa kecuali jubah indah yang baru engkau terima itu.” Rasulullah saw tersenyum, lalu bersabda, “Kalau begitu, berikanlah jubah itu kepadanya.” Maka jubah itu pun diberikan kepada pengemis tua tersebut, dan beliau menasihatinya agar menjualnya demi memenuhi kebutuhannya.
Dengan penuh kegembiraan, pengemis itu pergi ke pasar. Ia menawarkan jubah Rasulullah saw kepada orang-orang. Namun, seketika pasar pun menjadi heboh. Orang-orang berkerumun sambil berbisik penuh kekaguman, “Itu jubah milik Rasulullah! Jubah yang baru beliau terima sebagai hadiah!” Kabar ini menyebar dengan cepat, hingga sampai ke telinga seorang lelaki kaya yang buta. Meski matanya gelap, hatinya terang dengan cinta kepada Rasulullah saw. Saat mendengar kabar itu, ia memanggil budaknya dan berkata, “Pergilah ke pasar. Carilah jubah itu. Belilah dengan harga berapapun. Jika engkau berhasil membawanya kepadaku, maka aku bebaskan engkau dari perbudakan.”
Budaknya pun bergegas menuju pasar. Dengan penuh semangat ia mencari pengemis tua yang menjual jubah tersebut. Begitu bertemu, ia langsung membelinya dengan harga tinggi tanpa banyak tawar-menawar. Setelah itu ia kembali pulang dengan penuh sukacita, menyerahkan jubah Rasulullah saw kepada tuannya. Lelaki kaya yang buta itu menerima jubah tersebut dengan penuh haru. Tangannya gemetar saat menyentuh kainnya, dan air matanya berlinang membasahi pipinya. Dengan suara lirih ia berdoa, “Ya Allah, jadikan jubah ini sarana keberkahan untukku. Dekatkan aku dengan Rasul-Mu yang mulia.”
Dengan izin Allah, penglihatannya pun kembali. Ia dapat melihat dunia dengan terang. Betapa bahagianya, cahaya pertama yang ia saksikan setelah lama buta adalah jubah penuh berkah milik Nabi saw yang ia cintai. Sebagai tanda syukur, ia mengembalikan jubah itu dan menghadiahkannya kembali kepada Rasulullah saw. Maka jubah tersebut kembali lagi ke tangan beliau setelah melalui perjalanan panjang yang penuh makna.
Melihat peristiwa itu, Rasulullah saw bersabda kepada Aisyah ra, “Wahai Aisyah, lihatlah… dari sebuah sedekah, Allah memberi jalan rezeki bagi orang miskin, menyembuhkan yang buta, dan memerdekakan budak.” Sungguh luar biasa keutamaan sedekah. Dari sebuah pemberian kecil yang ikhlas, Allah melipatgandakan manfaatnya dan mengalirkan keberkahan yang tak terbayangkan.
Al-Qur’an menegaskan bahwa pahala sedekah tidak hanya kembali satu kali lipat, melainkan berlipat ganda hingga tak terhitung. Allah berfirman, “Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki.” (QS. Al-Baqarah: 261). Bahkan di ayat lain Allah menegaskan bahwa Dia akan mengganti apa saja yang diinfakkan oleh hamba-Nya dengan balasan yang lebih baik (QS. Saba: 39). Inilah bukti betapa kaya dan pemurahnya Allah.
Rasulullah saw sendiri menegaskan bahwa harta tidak akan pernah berkurang karena sedekah, bahkan akan selalu diganti oleh Allah dengan keberkahan dan rezeki yang lebih luas. Kisah jubah yang akhirnya kembali ke tangan beliau menjadi bukti nyata, bahwa apa yang dikeluarkan di jalan Allah sesungguhnya tidak hilang, melainkan akan kembali dengan cara yang indah.
Bukan hanya itu, sedekah juga menjadi sebab turunnya ketenangan hidup, sebagaimana firman Allah dalam Al-Baqarah ayat 274 bahwa orang yang gemar berinfak dan bersedekah akan mendapatkan kehidupan tanpa rasa takut dan kesedihan. Bahkan, sedekah dapat menjadi obat yang manjur untuk berbagai penyakit. Rasulullah saw bersabda, “Obatilah orang-orang sakit dengan sedekah.” (HR. al-Baihaqi, Syu’ab al-Iman). Dengan kata lain, sedekah adalah jalan penyembuhan lahir dan batin, karena ia mengundang kasih sayang dan pertolongan Allah.
Lebih dari itu, sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api, sebagaimana sabda Rasulullah saw dalam hadis riwayat Tirmidzi. Di akhirat kelak, sedekah akan menjadi pelindung bagi orang beriman, sebagaimana sabda beliau, “Naungan orang beriman pada hari kiamat adalah sedekahnya.” (HR. Ahmad). Bahkan sedekah yang tampak kecil sekalipun, seperti sebutir kurma, bisa menjadi penyelamat dari api neraka, sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Jauhkanlah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan (sedekah) sebutir kurma.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Keutamaan sedekah pun tidak hanya terbatas pada balasan di akhirat, tetapi juga balasan kebaikan yang nyata di dunia. Rasulullah saw bersabda bahwa siapa pun yang memberi makan orang beriman saat lapar, Allah akan memberinya makan dari buah surga. Siapa pun yang memberi minum orang beriman saat haus, Allah akan memberinya minuman dari surga. Dan siapa pun yang memberi pakaian kepada orang beriman saat telanjang, Allah akan memberinya pakaian dari sutera surga (HR. Tirmidzi). Betapa luas pintu-pintu kebaikan yang dibukakan Allah melalui amal sederhana bernama sedekah.
Dan sesungguhnya, sedekah tidak harus selalu berupa harta benda. Rasulullah saw mengajarkan bahwa senyum tulus kepada saudara kita pun adalah sedekah. Memberi tenaga, pikiran, ilmu, bahkan sekadar menyingkirkan duri di jalan pun dihitung sebagai sedekah. Artinya, setiap orang punya kesempatan yang sama untuk bersedekah, tanpa terkecuali, sesuai kemampuan masing-masing.
Kisah jubah Rasulullah saw ini menjadi pelajaran mendalam bahwa satu sedekah ikhlas dapat mengubah banyak kehidupan: mengangkat fakir miskin dari kesulitan, menjadi sebab kesembuhan bagi yang sakit, membebaskan dari perbudakan, melipatgandakan pahala bagi yang memberi, dan menjadi penolong di hari akhirat. Sedekah bukan sekadar memberi, melainkan sarana Allah menurunkan rahmat-Nya. Apa yang kita keluarkan di jalan Allah tidak akan pernah hilang, melainkan akan kembali dalam bentuk keberkahan di dunia dan akhirat.
Terakhir, menjadi sebuah renungan firman Allah swt “Maka barang siapa memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertaqwa, dan membenarkan (adanya pahala) yang terbaik (surga), maka akan Kami mudahkan jalan menuju kemudahan (kebahagiaan). Dan Adapun orang yang kikir dan merasa dirinya cukup (tidak perlu pertolongan Allah), serta mendustakan (pahala) yang terbaik, maka akan Kami mudahkan baginya jalan menuju kesukaran (kesengsaraan). (QS. Al-Lail : 5-10).
Wallahu a’lam.
